Sunday, March 11, 2007

Cat Rambut Picu Kanker


KapanLagi.com - Jika beberapa tahun sebelumnya santer diberitakan cat rambut bisa memicu kanker, namun sampai sekarang masih belum bisa disebutkan alasan pasti di belakangnya dan berapa jelas prosentase mengecat rambut yang bisa menyebabkan kanker.

Tahun 2005 lalu para ilmuwan mempelajari efek pewarnaan rambut terhadap kesehatan. Riset yang dimulai pada 1996 sampai saat ini menemukan 14 kasus kanker payudara, 10 kasus kanker kandung kemih dan 40 kasus penyakit yang berhubungan dengan gangguan pembentukan sel darah, seperti leukimia dan penyakit Hodgkin, seperti yang dilansir softpedia (Juli 2006).

Namun setelah melakukan penelitian terbaru, para ahli medis menyimpulkan bahwa pewarnaan rambut bukan hanya satu-satunya zat yang beresiko menyebabkan kanker, namun pewarna rambut secara pasti bisa menyebabkan gangguan pembentukan sel darah seperti multiple myeloma, leukemia dan non-Hodgkin lymphoma.

Meskipun belum ada bukti pasti tentang hal tersebut, namun pewarna rambut buatan bisa menyebabkan gangguan pembentukan sel darah yang berhubungan dengan penyakit kanker. Bahkan penggunaan dalam waktu lama, terutama untuk cat rambut warna gelap bisa meningkatkan resiko penyakit Hodgkin (kanker getah bening).

Peneliti menyebutkan pewarna rambut yang diproduksi di akhir tahun 80-an terbukti lebih berbahaya dibanding produk pewarna rambut yang dijumpai saat ini. Perombakan secara radikal terhadap kandungan produk pewarna rambut tersebut terjadi usai dilakukan tes pada sekelompok tikus yang sengaja diberi senyawa kimia yang terkandung dalam cat rambut dan terbukti beresiko memicu kanker.

Ilmuwan dari Catalan Institute of Oncology Studi melakukan penelitian pada enam negara di Eropa dan menganalisa terjadinya kenaikan resiko menderita non-Hodgkin lymphoma sekitar 19 persen pada mereka yang hanya sekali-sekali mewarnai rambutnya, dan resiko kenaikan 26 persen pada mereka yang mewarnai rambutnya secara rutin, misalnya sekali dalam sebulan.

Hasil penelitian ini dimuat dalam American Journal of Epidemiology edisi 26 Mei 2006.

No comments: